Hepatitis B kronik dan Hepatitis B akut

Kita sering mendengar tentang penyakit hepatitis. Istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati, yang disebabkan oleh :
1.      Infeksi (virus, bakteri, parasit)
2.      Obat-obatan termasuk obat-obatan tradisional
3.      Konsumsi alkohol
4.      Lemak yang berlebih dalam tubuh
5.      Penyakit autoimmune.
Penyakit hepatitis terdiri dari hepatitis A, B, C, D dan E. Antara hepatitis yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan. Kali ini kita akan membahas tentang hepatitis B. Berdasarkan data dari WHO, virus hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang di antaranya menjadi pengidap hepatitis B kronik. Berdasarkan data riskesdas, studi dan uji saring darah donor PMI, diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10 di antaranya telah terinfeksi Hepatitis B dan C. Sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta di antaranya berpotensi untuk menjadi kronis dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker hati.
Seseorang bisa terinfeksi hepatitis B jika kontak dengan darah atau cairan tubuh penderita. Hepatitis B dapat ditularkan melalui :
1.      Proses persalinan / parenteral ( penularan dari ibu ke anak)
2.      Hubungan sexual
3.      Transfusi darah
4.      Penggunaan jarum suntik bergantian
5.      Pembuatan tatto
6.      Tindik

Hepatitis B dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan kemudian kanker hati. Hepatitis B dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu sakit yaitu
1.      Hepatitis B akut
·        Etiologinya virus hepatitis B dari golongan virus DNA
·        Masa inkubasi 60-90 hari
·        Penularannya vertikal 95% terjadi pada masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterina. Penularan horisontal melalui tranfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tatto, transplantasi organ.
·        Gejala tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul ikterus, air kencing warna teh.
·        Diagnosis ditegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat), serologi HbsAg dan IgM anti HBC dalam serum
·        Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat simptomatis.
·        Pencegahannya :
a.      Imunisasi yang sudah masuk dalam program Nasional : HBO ( < 12 jam setelah bayi lahir ), DPT/HB1 ( 2 bulan ), DPT/HB2 ( 3 bulan ), DPT/HB 3 ( 4 bulan ).
b.      Menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan
c.      Telah dilakukan penapisan darah sejak tahun 1992 terhadap bank darah melalui PMI
2.      Hepatitis B kronik
·        Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut
·        Usia saat terjadinya infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita maka 20-30% menjadi penderita Hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita Hepatisis B kronik.
·        Hepatitis B kronik ditandai dengan HbsAg ( Hepatisis B surface Antigen) positif ( >6 bulan). Selain HbsAg, perlu diperiksa HbeAg ( Hepatisis B E-Antigen, anti-HBE dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (Hepatitis B Virus – Deoxyribunukleic Acid) serta biopsi hati.
·        Biasanya tanpa gejala
·        Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk Hepatitis B ( Interferon alfa-2a, Peginterferon alfa-2a, Lamivudin, Adefovir, Entecavir, Telbivudin dan Tenofovir).
·        Prinsip pengobatan tidak perlu terburu-buru tetapi jangan terlambat.
·        Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma.

Sumber : Pusdatin Kemenkes RI " Situasi dan Analisis Hepatitis"
Previous
Next Post »