Makalah Komunikasi dan Perilaku Konsumen

Consumen Behaviour

BAB I
PENDAHULUAN

Semakin pesatnya perubahan ekonomi dan kegiatan bisnis di era globalisasi ini , orang-orang membutuhkan strategi jitu untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah komunikasi pemasaran (marketing coummunication). Kehadiran media cetak dan elektronik telah memberikan angin segar bagi para pengusaha karena melalui media-media tersebut mereka dapat melakukan komunikasi dengan pelanggan mereka. Mereka dituntut tidak hanya selalu memperbaiki kualitas produk barang jasa yang ditawarkan. Para pengusaha tidak hanya sekadar melakukan strategi positioning sebuah produk  melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas pelayanan, namun juga berusaha mempertahankan brand position di benak konsumen melalui pemantapan strategi promosi.
Dalam ilmu pemasaran, agar kegiatan promosi menjadi efektif dan efisien dapat mengunakan bauran komunikasi pamasaran (marketing communication mix), seperti; advertising, sales promotion, public relations, personal selling dan  direct selling. Bahkan sekarang dapat dilihat banyak perusahaan memanfaatkan pengembangan strategi komunikasi pemasaran melalui event dan exhibition dengan sejumlah pesan dan informasi produk dan jasa pelayanan, pengalaman, orang, tempat, kepemilikan, organisasi melalui media promosi media cetak/elektronik, flier, banner, poster, folder, catalogue dan corporate profile. Strategi komunikasi dengan penggunaan visual dan pesan yang tepat merupakan syarat utama keberhasilan dari sebuah program promosi. 
Visual dan pesan ini dapat kita lakukan melalui keberadaan produk atau jasa, produk yang menarik, palayanan dan loyalitas pelanggan. Semua proses komunikasi ini berujung pada harapan bahwa perilaku konsumen akan berubah dan membuat keputusan pembelian barang atau jasa berdasarkan informasi yang telah diterimanya.


                                                         BAB II
PEMBAHASAN
 A.    Komunikasi
 Komunikasi berasal dari bahasa latin comunicare atau communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Pengertian ini hampir sama dengan bentuk Negara komunis karena kata komunis itu sendiri berasal dari bahasa latin,sedangkan komunikasi sendiri adalah salah satu bentuk interaksi antara individu satu dengan yang lainnya. Dalam arti sempitnya sendiri adalah berinteraksi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.(Wikipedia, 2007). Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu pengirim pesan (sender), pesan yang dikirim (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver) dan umpan balik (receiver).
Ada 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang telah dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
1.      Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika komunikasi dibangun dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka dapat dibangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi.
2.      Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka bisa dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen.
Jadi sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, perlu pengertian dan pemahaman dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
3.      Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4.      Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi perlu dikembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
5.      Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah dibahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang dibangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka seseorang dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
B.     Perilaku Konsumen
Definisi perilaku konsumen menurut Engel dan Blackwell (1982) adalah tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh menggunakan barang-barang dan jasa ekonomis termasuk proses  pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Perilaku konsumen dalam pandangan Winardi (1991: 141) dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa-jasa.
David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu baik secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang atau jasa. Jadi dapat disimpulkan perilaku konsumen adalah semua tindakan, proses dan hubungan sosial dari individu, kelompok dan organisasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan usaha untuk memperoleh dan menggunakan barang-barang dan atau pelayanan (jasa) untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian seseorang yaitu:
1.      Variabel psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap, kepribadian/gaya hidup)
2.      Pengaruh sosial (keluarga, kelas sosial, kelompok panutan dan budaya)
3.      Situasi pembelian (alasan pembelian, waktu dan lingkungan)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian menurut Englel, Blackwell dan Miniard (1995) terdiri atas :
1.      Pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi)
2.      Perbedaan individu (sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan pengetahuan, sikap dan kepribadian, gaya hidup, demografi)
3.          Proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku).
Menurut Assael (1992) bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu:
1.      Faktor individual. Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen seperti : kebutuhan, persepsi tehadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian individu.
2.      Faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan sekitar konsumen seperti, teman sekelas (kelas sosial), keluarga, kelompok referens, dll. Interaksi soial yang dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi pilihan merek produk yang akan dibelinya.
3.      Stimulus pemasaran (strategi pemasaran) yang merupakan satu-satunya variabel yang dapat dikendalikan oleh pemasar. Strategi yang lazim digunakan adalah yang dikenal dengan sebutan marketing mix (bauran pemasaran)

C.    Hubungan Komunikasi dan Perilaku Konsumen
Kondisi persaingan bisnis saat ini menempatkan kita kedalam subuah paradigma antara industri bisnis dan era informasi bisnis, apalagi dalam memasuki persaingan era special economic zona. Nantinya akan ada perubahan yang sangat besar dalam dunia bisnis pemasaran. Konsumen dengan jumlah yang sedikit,  dan mudah dijangkau menjadi konsumen tersebar luas, dan sulit untuk dijangkau (invisible market)). Produk yang tadinya untuk hanya memenuhi kebutuhan pasar, menjadi tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pasar tetapi harus mampu meciptakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction), termasuk pemilihan alat komunikasi pemasaran dan sumberdaya manusia yang efektif dan professional. Intinya ada tiga tahap tujuan dalam komunikasi pemasaran. Pertama, tahan perubahan pengetahuan (knowledge). Kedua, tahap perubahan sikap (consumer behaviour) yang ditentukan dengan tiga komponen; pengetahuan (cognition), perasaan (affection) dan perilaku (conatin). Pada tahap ke Ketiga, perubahan perilaku konsumen.
Terdapat sebuah proses dalam pola tindakan konsumen, mulai dari saat produk tersebut diperkenalkan, diiklankan, dijual hingga sampai dipilih dan dibeli oleh konsumen. Secara sederhana proses tersebut dapat digambarkan melalui 3 variabel, yaitu:
1.      Awareness.
Awareness adalah kunci pertama dalam memasarkan merek dan produk. Tingkat awareness menentukan sejauh mana konsumen mengenal produk anda dan menjadikannya referensi.
2.      Comprehend.
Diterjemahkan sebagai pemahaman. Setelah produk diperkenalkan, diperlukan edukasi (dalam intensitas yang disesuaikan) agar konsumen memahami identitas merek dan produk yang dikomunikasikan. Variabel pemahaman ini seringkali terabaikan karena biasanya kita lebih fokus terhadap awareness, alih-alih menjadikan produk kita terkenal. Padahal pemahaman ini menjadi penting agar konsumen mengenali diferensiasi merek dan spesifikasi produk. Tanpa mengkomunikasikan pemahaman yang baik, produk akan terlihat tidak ada bedanya dengan kompetitor, dapat saling mengkanibal antara range produk yang dimiliki, dan yang paling buruk adalah tidak diketahui sama sekali manfaat dan kegunaannya.
3.      Interest.
Proses selanjutnya setelah konsumen mengenal dan memahami merek dan/ atau produk kita, dari sana akan terlihat apakah tercipta sebuah ketertarikan atau tidak. Di sinilah peran advertising yang paling penting, dengan berbagai macam tools dan pendekatan yang dimiliki. Seperti dalam artikel terdahulu, seringkali produsen dan advertising menanyakan kepada kami apakah konsumen tertarik dengan iklan mereka. Sebenarnya yang paling penting adalah, apakah advertising tersebut mampu menciptakan ketertarikan terhadap merek dan produk anda.
4.      Intention to buy
Dalam proses intention to buy ini calon konsumen sebenarnya sudah menciptakan suatu bayangan dalam benaknya, suatu angan-angan untuk dapat memiliki produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. Namun pihak produsen dan pemasang iklan harus hati-hati untuk tidak mengecewakan konsumen yang telah memiliki niat untuk membeli. Dalam tahapan ini, distribusi produk sangat berperan untuk menciptakan intention to buy yang baik. Keinginan untuk membeli atau intention to buy ini juga berkaitan langsung dengan pengalaman pribadi dan suggesti yang timbul dalam diri konsumen.
5.      Action
Biasanya, tembok penghalang terakhir bagi konsumen untuk memutuskan apakah mereka akan membeli atau tidak adalah pada intention. Pengalaman baik atau menyenangkan pada intention akan langsung mengarahkan proses selanjutnya pada action. Namun pengalaman buruk dan tidak menyenangkan saat intention akan menyebabkan tidak terjadinya action.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan


Dalam era globalisasi ini, kondisi persaingan bisnis menempatkan kita kedalam sebuah paradigma antara industri bisnis dan era informasi bisnis, apalagi dalam memasuki persaingan era special economic zona. Dimana akan ada perubahan yang sangat besar dalam dunia bisnis pemasaran. Konsumen dengan jumlah yang sedikit,  dan mudah dijangkau menjadi konsumen tersebar luas, dan sulit untuk dijangkau (invisible market). Produk yang tadinya untuk hanya memenuhi kebutuhan pasar, menjadi tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pasar tetapi harus mampu meciptakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction), termasuk pemilihan alat komunikasi pemasaran dan sumberdaya manusia yang efektif dan professional.

Intinya ada tiga tahap tujuan dalam komunikasi pemasaran. Pertama, tahan perubahan pengetahuan (knowledge). Kedua, Tahap perubahan sikap (consumer behaviour) yang ditentukan dengan tiga komponen; pengetahuan (cognition), perasaan (affection) dan perilaku (conatin). Pada tahap ke Ketiga, perubahan perilaku konsumen. Ada hubungan yang erat antara komunikasi yang baik dan perubahan perilaku konsumen. Jika komunikasi dilakukan dengan baik dalam artian pesan dapat diterima dengan baik dan terjadi umpan balik maka secara langsung akan mempengaruhi perilaku konsumen selain faktor-faktor lainnya. Jadi komunikasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam perubahan perilaku konsumen dalam usaha pemenuhan kebutuhannya dengan membeli barang atau jasa.
Previous
Next Post »