Tata Laksana Epidemiologi Kasus HFMD atau Flu Singapura

PTKM atau penyakit tangan, kaki dan mulut, yang dikenal dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini, adalah penyakit berupa demam yang disertai kemerahan pada kulit dengan atau tanpa ulkus pada mulut. Sedangkan kemerahan dapat berbentuk papulovesikuler yang terdapat pada telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya, pada beberapa kasus kemerahan berbentuk makulopapular tanpa vesikel yang dapat mengenai bokong,lutut dan siku pada balita dan bayi




1. Gambaran Klinis

Gejala awal muncul demam (38-39°C), nafsu makan turun dan nyeri menelan. Timbul vesikel dan ruam di dalam mulut. Vesikel ditemukan di lidah, gusi atau mukosa pipi. Vesikel ini mudah pecah dan menjadi ulkus yang menyebabkan anak tidak mau makan dan ludah meleleh keluar. Ruam dengan vesikel dapat juga ditemukan pada telapak tangan, kaki dan bokong pada bayi. Gejala lain dapat berupa nyeri otot, muntah, diare, nyeri perut dan konjungtivitis. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat infeksi EV-71, dapat menyebabkan gangguan neurologi berat atau radang otak (meningitis aseptik, encephalitis) maupun kelumpuhan bahkan kematian serta terbanyak menyebabkan KLB. Pada umumnya penyakit ini menyerang anak usia di bawah 10 tahun.Penyakit ini berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang.

2. Etiologi

Disebabkan oleh human enteroviruses spesies A (HEV-A), Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 (EV71). Genus Enterovirus family Picornaviridae. Serotipe HEV-A yang lain adalah Coxsackie virus A6 dan Coxsackievirus A10, serta Echovirus.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius minggu pertama sejak timbul gejala.

4. Sumber dan Cara Penularan

Secara kontak langsung dengan cairan tubuh penderita (cairan hidung, mulut, vesikel) melalui batuk, berbicara dan bersin (droplet).
Secara oral fecal melalui tangan, mainan, dan alat-alat lain yang tercemar oleh feses penderita. Enterovirus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran cerna, berkembang biak di orofaring dan banyak ditemukan dalam feses penderita. Replikasi enterovirus dapat terjadi di saluran gastrointestinal atau saluran respiratori. Setelah fase viremia, infeksi akan mengenai jaringan dan beberapa organ sehingga menimbulkan gejala yang bervariasi. Penularan virus melalui faecal-oro route dan dapat pula melalui kontak langsung melalui droplets. Virus akan diekskresi melalui feses selama beberapa minggu.

5. Pengobatan

Pada umumnya penderita infeksi PTKM bersifat ringan sehingga terapi yang diperlukan hanya bersifat simptomatis. Bila timbul tanda bahaya (gejala neurologi, kejang mioklonik, iritabel, insomnia, abdomen distensi, muntah berulang, sesak nafas, halusinasi) segera rujuk ke Rumah Sakit.
Pada pasien rawat inap, terapi suportif merupakan hal utama. Tidak diperlukan terapi spesifik untuk enterovirus. Untuk mencegah timbulnya komplikasi perlu dilakukan deteksi awal adanya keterlibatan gangguan SSP khususnya batang otak dan monitor denyut jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, saturasi oksigen, keseimbangan cairan dan fungsi ventrikel kiri.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah Meningitis aseptik, Ensefalitis, Paralisis, Dekompensasio kardio-pulmonal dan kegagalan ventrikel kiri.
Bila keadaan memburuk perlu dilakukan intubasi endotrakeal karena pasien dapat mengalami Edema pulmonal dalam waktu singkat.
Pemeriksaan Laboratorium :
  • Isolasi virus dan uji serologi
  • Dilakukan terutama pada penderita PTKM yang dirawat dan secara klinis cepat memburuk atau mengalami komplikasi
  • Pemeriksaan uji serologi dilakukan pada fase akut dan konvalesen dengan jarak pengambilan 14 hari
  • Spesimen yang diambil pada fase akut :
Feses : virus dapat ditemukan sampai beberapa minggu
Usap tenggorok : beberapa hari sejak awal penyakit
Darah dan bahan yang sesuai gejala klinis, seperti cairan vesikel, Liquour Cerebro Spinal (LCS), apusan mata dan jaringan
Swab tenggorok dan vesikel dikirimkan dengan menggunakan media transportasi virus (VTM), sedangkan untuk sediaan tinja atau rectal swab menggunakan media transportasi untuk tinja atau rectal swab
  • Spesimen serum harus diambil berpasangan (paired)
  • Spesimen dikirimkan ke :
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
Badan Litbang Kemenkes
Jl. Percetakan Negara No.29 jakarta 10560
Telepon 021-4244375, Fax 021-4245386

6. Epidemiologi

Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut ini menyerang sebagian besar anak di bawah 10 tahun dengan masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius minggu pertama sejak timbul gejala.
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Cina dan pada Tahun 2009 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Indonesia (jumlah kasus 94 kasus klinis – 1 positif EV 71) dan di beberapa negara di Asia seperti Taiwan, Hong Kong, Vietnam, Singapore dan Malaysia.

7. Kejadian Luar Biasa

Kriteria KLB PTKM sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Penyelidikan Epidemiologi untuk mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran kasus agar mendapatkan arah upaya penanggulangan. Petugas membuat kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan atau kematian, sampai KLB dinyatakan selesai. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran epidemiologi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin dan wilayah tertentu. Peta area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran kasus dan kematian dari waktu ke waktu.
Analisis juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan faktor risiko tertentu, sanitasi dan sebagainya, yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB. Hubungan kasus-faktor risiko tidak selalu diperoleh berdasarkan hubungan asosiasi, tetapi dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola sanitasi daerah KLB dalam suatu peta atau grafik.
Tindakan surveilans ketat dilakukan terhadap penderita, kontak erat, dan faktor risiko potensial, dapat dilengkapi dengan pengambilan sampel untuk konfirmasi laboratorium.
Hasil analisis disampaikan melalui laporan harian dan mingguan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
1) Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilakukan dengan cara:
a. Tata laksana Kasus
b. Respon cepat dengan melakukan advokasi, sosialisasi kepada instansi terkait agar dapat :
  • Melakukan penyuluhan tentang penyakit TKM kepada orang tua murid dan masyarakat sekitar yang terkena kontak.
  • Melakukan tindakan pengamanan lingkungan guna mencegah kepanikan masyarakat dan hal-hal yang dapat mengganggu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit TKM ini.
  • Penderita PTKM yang menunjukkan gejala sakit dapat diliburkan selama 2 kali masa inkubasi.
  • Melakukan tindakan perbaikan kualitas sanitasi lingkungan melalui desinfeksi dan dekontaminasi, baik di lingkungan permukiman maupun sekolah.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain :
  • Meningkatkan hygiene/kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan sabun, menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin, serta tidak menggunakan secara bersama-sama alat-alat rumah tangga (misal cangkir, sendok, garpu) dan alat kebersihan pribadi (misal handuk, lap muka, sikat gigi dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki
  • Membersihkan alat-alat yang terkontaminasi dengan air dan sabun
  • Melakukan pengamatan terhadap kontak penderita dalam satu rumah secara ketat
  • Bila terjadi peningkatan kasus, agar dilaporkan oleh instansi kesehatan kepada Kepala Daerah setempat secara berjenjang dan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB

Secara nasional KLB PTKM hampir tidak pernah terjadi, namun demikian kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB PTKM tetap harus dilakukan.
Kegiatan SKD KLB PTKM adalah pengamatan dan pencatatan bila muncul satu kasus PTKM, dan faktor risiko (perubahan iklim, lingkungan, sanitasi, PHBS).


Sumber : Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Makanan Edisi Revisi Tahun 2011, DITJEN P2PL KEMENKES RI.
Previous
Next Post »