Penyakit campak adalah penyakit
menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari
atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38°C atau lebih juga disertai
salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO). Di Kabupaten Lumajang,
penyakit campak masih ada kejadian penyakit campak setiap tahunnya. Penanggulangan penyakit campak salah satunya melalui pemberian imunisasi campak pada bayi umur 9-12 bulan, balita umur 24 - 36 bulan dan Bias Campak (ketika anak kelas 1 SD. Definisi Operasional
untuk surveilans Penyakit
Campak di Indonesia
adalah: adanya demam
(panas), bercak kemerahan (rash), dan ditambah satu atau lebih gejala;
batuk, pilek atau mata merah (conjungtivitis).
Monitoring Hasil Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap |
1. Gambaran Klinis
Campak mempunyai gejala klinis
demam >38°
C selama 3 hari atau lebih, disertai
salah satu atau lebih gejala batuk,
pilek, mata merah atau mata berair. Gejala khas (patognomonik) adalah Koplik’s
spot atau bercak putih keabuan
dengan dasar merah
di pipi bagian
dalam (mucosa buccal).
Bercak kemerahan/rash dimulai dari
belakang telinga pada
tubuh berbentuk makulopapular
dan dalam beberapa
hari (4-7 hari) menyebar ke
seluruh tubuh. Setelah
1 minggu sampai
1 bulan bercak
kemerahan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai
kulit bersisik.
Sebagian besar
penderita akan sembuh,
komplikasi sering terjadi
pada anak usia
<5 tahun dan penderita dewasa > 20 tahun.
Komplikasi yang sering terjadi adalah diare dan bronchopneumonia. Penyakit campak
menjadi lebih berat pada penderita malnutrisi, defisiensi vitamin A dan imun defisiensi (HIV) serta karena
penanganan yang terlambat. Diagnosis banding yang paling menyerupai campak
adalah Rubella (campak Jerman) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening di belakang telinga.
Klasifikasi kasus Campak
- Pasti Secara Laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan konfirmasi laboratorium dengan hasil positif terinfeksi virus campak (IgM positif).
- Pasti Secara Epidemiologi : Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus yang pasti secara laboratorium atau dengan kasus pasti secara epidemiologi yang lain (biasanya dalam kasus KLB).
- Bukan Kasus Campak (Discarded) : Kasus tersangka campak, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium hasilnya negatif atau kasus tersangka campak yang memp unyai hubungan epidemiologis dengan Rubella.
- Kematian Campak : Kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis, laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti : trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak.
Gambar 2. Skema Klasifikasi Kasus Campak |
2. Etiologi
Penyakit ini
disebabkan oleh virus
golongan paramyxoviridae (RNA)
jenis Morbilivirus yang
mudah mati karena panas dan
cahaya.
3. Masa Inkubasi
Masa Inkubasi antara 7 – 18 hari.
Rata-rata 10 hari.
4. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan
adalah manusia sebagai
penderita. Penularan dari
orang ke orang melalui percikan ludah
dan transmisi melalui
udara terutama melalui
batuk, bersin atau
sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash,
puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari
pertama sakit.
5. Pengobatan
Pengobatan terhadap campak sesuai
dengan gejala yang muncul. Penderita tanpa komplikasi cukup diberikan
antipiretik dan pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai usia. Jika ada
komplikasi anjurkan penderita dirawat
di Puskesmas atau di Rumah
Sakit, Pengobatan komplikasi di sarana pelayanan
kesehatan dengan pemberian antibiotik
tergantung berat ringannya
komplikasi, bila keadaan
penderita cukup berat
segera rujuk ke rumah
sakit. Kasus yang
terkena penyakit campak,
diisolasi, untuk memutuskan
rantai penularan pada orang lain.
Pemberian Vitamin A:
Diberikan sebanyak
2 kapsul (kapsul
pertama diberikan saat
penderita ditemukan, kapsul
kedua diberikan keesokan harinya,
dosis sesuai umur penderita). Pemberian
Vitamin A diutamakan untuk penderita campak, jika persediaan vitamin A
mencukupi, sebaiknya juga diberikan pada yang tidak terkena kasus campak.
- Umur 0 - 6 bulan, bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI , diberikan vitamin A 1 kapsul 50.000 IU pada saat penderita ditemukan, dan kapsul ke dua diberikan keesokan harinya.
- Umur 6 – 11 bulan, pada saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 100.000 IU, dan kapsul kedua diberikan pada hari kedua.
- Umur 12 – 59 bulan, saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU, dan kapsul kedua diberikan pada hari kedua.
6. Epidemiologi
Di seluruh dunia diperkirakan
terjadi penurunan 56% kasus campak yang dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun
2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Jumlah kasus campak di regional
SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 menjadi 94.562 kasus pada
tahun 2006. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2010 telah terjadi 188 kejadian
luar biasa campak dengan 3.044 kasus. Sementara dari laporan rutin campak jumlah
kasus pada tahun 2010 adalah 19.111 kasus.
7. Kejadian Luar Biasa
Bagi Negara
yang telah menyelesaikan
kampanye campak, maka
surveillans campak harus dilaksanakan lebih
sensitif, oleh sebab
itu WHO merekomendasikan kriteria
KLB campak yaitu
: 5 kasus campak /100.000 populasi.
Di Indonesia
walaupun kampanye campak
sudah dilaksanakan namun
kriteria seperti yang ditetapkan WHO masish sulit diterapkan.
Hal ini disebabkan populasi 100.000 kemungkinan terdistribusi di 3 Puskesmas,
dan kasus campak masih cukup tinggi, maka secara operasional akan sulit. Untuk
memudahkan operasional di lapangan, maka definisi KLB tersangka campak
ditetapkan sebagai berikut :
Adanya 5 atau lebih kasus klinis
dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan
adanya hubungan epidemiologi.
- KLB Campak Pasti : Apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.
- KLB Rubella : Minimum 2 spesimen positif IgM rubella
- KLB Mixed (Campuran) : Ditemukan adanya IgM rubella positif dan IgM campak positif dalam satu KLB
1) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan KLB
campak bertujuan untuk
mengetahui gambaran epidemiologi
KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita,
sehingga dapat diketahui luas wilayah yang
terjangkit dan kelompok
yang berisiko. Disamping
itu juga untuk
mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut.
Jika ada 1 kasus suspek campak,
yang dilaporkan dari rumah sakit, puskesmas maupun laporan masyarakat, harus
dilakukan pelacakan untuk
memastikan apakah di
tempat tinggal kasus,
di sekolah,dan lain-lain, ada
kasus serupa.
Jika dilaporkan KLB tersangka
campak, maka dilakukan kunjungan dari rumah ke rumah (rumah yang ada kasus
campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di wilayah tersebut, dengan
mengisi format C1. Ini
dilakukan untuk mencari
kasus tambahan, populasi
berisiko dan untuk
melihat status imunisasi campak
pada populasi di
daerah KLB. Cari
faktor resiko KLB
Campak dengan form
C2, dan berikan rekomendasi.
2) Penanggulangan
Penanggulangan KLB campak
didasarkan pada analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian.
Langkah penanggulangan meliputi :
Langkah penanggulangan meliputi :
- Tata laksana kasus
- Imunisasi
- Penyuluhan
Imunisasi yang dilakukan pada
saat KLB, yaitu:
- Imunisasi selektif, bila cakupan tinggi
Meningkatkan
cakupan imunisasi rutin (upayakan 100 %) setiap balita (Usia 6 bl – 5 th) yang tidak mempunyai riwayat
imunisasi campak, diberikan
imunisasi campak (di
puskesmas atau posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir).
- Imunisasi campak masal
Yaitu memberikan
imunisasi campak secara
masal kepada seluruh
anak pada golongan
umur tertentu tanpa melihat
status imunisasi anak
tersebut. Hal yang
menjadi pertimbangan adalah cakupan imunisasinya rendah, mobilitas
tinggi, rawan gizi dan pengungi, daerah padat dan kumuh. Pelaksanaan imunisasi
masal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut diperkirakan
belum terjadi pemularan
secara luas. Selanjutnya
cakupan imun isasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata.
Pengolahan dan Analisa Data Rutin
(kasus dan faktor risiko)
Analisa kasus KLB campak :
- Distribusi kasus menurut waktu (Time), Tempat (Place) dan orang (person).
- Kurva epidemi kasus, Mapping kasus, Grafik kasus menurut kelompok umur dan status imunisasi
- Attack rate menurut kelompok umur, Case Fatality Rate
- Menghitung vaksin efikasi dan Populasi Rentan
- Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan)
3) Surveilans Ketat pada KLB
Perkembangan kasus baru dan
kematian KLB campak direkam dalam form C1 dan dilaporkan setiap hari
ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. KLB dinyatakan
berakhir jika tidak
ada kasus, dalam kurun waktu 2 kali masa inkubasi dari
kasus terakhir.
8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Kegiatan SKD campak meliputi
kegiatan :
- Pemantauan populasi rentan
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kasus campak mingguan
- Tindakan terhadap ancaman KLB campak
Sumber : Buku Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan
Keracunan Makanan Edisi Revisi Tahun 2011, DITJEN P2PL KEMENKES RI.
ConversionConversion EmoticonEmoticon