PTKM atau penyakit tangan, kaki
dan mulut, yang dikenal dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini,
adalah penyakit berupa demam yang disertai kemerahan pada kulit dengan atau
tanpa ulkus pada mulut. Sedangkan kemerahan dapat berbentuk papulovesikuler
yang terdapat pada telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya, pada
beberapa kasus kemerahan berbentuk makulopapular tanpa vesikel yang dapat
mengenai bokong,lutut dan siku pada balita dan bayi
1. Gambaran Klinis
Gejala awal muncul demam
(38-39°C), nafsu makan turun dan nyeri menelan. Timbul vesikel dan ruam di
dalam mulut. Vesikel ditemukan di lidah, gusi atau mukosa pipi. Vesikel ini
mudah pecah dan menjadi ulkus yang menyebabkan anak tidak mau makan dan ludah
meleleh keluar. Ruam dengan vesikel dapat juga ditemukan pada telapak tangan,
kaki dan bokong pada bayi. Gejala lain dapat berupa nyeri otot, muntah, diare,
nyeri perut dan konjungtivitis. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat infeksi
EV-71, dapat menyebabkan gangguan neurologi berat atau radang otak (meningitis
aseptik, encephalitis) maupun kelumpuhan bahkan kematian serta terbanyak
menyebabkan KLB. Pada umumnya penyakit ini menyerang anak usia di bawah 10 tahun.Penyakit
ini berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang.
2. Etiologi
Disebabkan oleh human
enteroviruses spesies A (HEV-A), Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 (EV71).
Genus Enterovirus family Picornaviridae. Serotipe HEV-A yang lain adalah
Coxsackie virus A6 dan Coxsackievirus A10, serta Echovirus.
3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi 3-7 hari dan masa
infeksius minggu pertama sejak timbul gejala.
4. Sumber dan Cara Penularan
Secara kontak langsung dengan
cairan tubuh penderita (cairan hidung, mulut, vesikel) melalui batuk, berbicara
dan bersin (droplet).
Secara oral fecal melalui tangan,
mainan, dan alat-alat lain yang tercemar oleh feses penderita. Enterovirus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran cerna, berkembang biak di
orofaring dan banyak ditemukan dalam feses penderita. Replikasi enterovirus
dapat terjadi di saluran gastrointestinal atau saluran respiratori. Setelah
fase viremia, infeksi akan mengenai jaringan dan beberapa organ sehingga
menimbulkan gejala yang bervariasi. Penularan virus melalui faecal-oro route
dan dapat pula melalui kontak langsung melalui droplets. Virus akan diekskresi
melalui feses selama beberapa minggu.
5. Pengobatan
Pada umumnya penderita infeksi
PTKM bersifat ringan sehingga terapi yang diperlukan hanya bersifat
simptomatis. Bila timbul tanda bahaya (gejala neurologi, kejang mioklonik,
iritabel, insomnia, abdomen distensi, muntah berulang, sesak nafas, halusinasi)
segera rujuk ke Rumah Sakit.
Pada pasien rawat inap, terapi
suportif merupakan hal utama. Tidak diperlukan terapi spesifik untuk
enterovirus. Untuk mencegah timbulnya komplikasi perlu dilakukan deteksi awal
adanya keterlibatan gangguan SSP khususnya batang otak dan monitor denyut
jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, saturasi oksigen, keseimbangan cairan
dan fungsi ventrikel kiri.
Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah Meningitis aseptik, Ensefalitis, Paralisis, Dekompensasio kardio-pulmonal
dan kegagalan ventrikel kiri.
Bila keadaan memburuk perlu
dilakukan intubasi endotrakeal karena pasien dapat mengalami Edema pulmonal
dalam waktu singkat.
- Isolasi virus dan uji serologi
- Dilakukan terutama pada penderita PTKM yang dirawat dan secara klinis cepat memburuk atau mengalami komplikasi
- Pemeriksaan uji serologi dilakukan pada fase akut dan konvalesen dengan jarak pengambilan 14 hari
- Spesimen yang diambil pada fase akut :
Usap tenggorok : beberapa hari sejak awal penyakit
Darah dan bahan yang sesuai gejala klinis, seperti cairan vesikel, Liquour Cerebro Spinal (LCS), apusan mata dan jaringan
Swab tenggorok dan vesikel dikirimkan dengan menggunakan media transportasi virus (VTM), sedangkan untuk sediaan tinja atau rectal swab menggunakan media transportasi untuk tinja atau rectal swab
- Spesimen serum harus diambil berpasangan (paired)
- Spesimen dikirimkan ke :
Badan Litbang Kemenkes
Jl. Percetakan Negara No.29 jakarta 10560
Telepon 021-4244375, Fax 021-4245386
6. Epidemiologi
Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut ini menyerang sebagian
besar anak di bawah 10 tahun dengan masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius
minggu pertama sejak timbul gejala.
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Cina
dan pada Tahun 2009 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Indonesia (jumlah kasus
94 kasus klinis – 1 positif EV 71) dan di beberapa negara di Asia seperti
Taiwan, Hong Kong, Vietnam, Singapore dan Malaysia.
7. Kejadian Luar Biasa
Kriteria KLB PTKM sesuai dengan kriteria penetapan KLB
pada Permenkes 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Penyelidikan Epidemiologi untuk mengetahui gambaran
kelompok rentan dan penyebaran kasus agar mendapatkan arah upaya penanggulangan.
Petugas membuat kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan atau
kematian, sampai KLB dinyatakan selesai. Tabel dan grafik dapat menjelaskan
gambaran epidemiologi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate
menurut umur, jenis kelamin dan wilayah tertentu. Peta area map dan spot map
dapat menggambarkan penyebaran kasus dan kematian dari waktu ke waktu.
Analisis juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan
epidemiologi kasus-kasus dan faktor risiko tertentu, sanitasi dan sebagainya,
yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB.
Hubungan kasus-faktor risiko tidak selalu diperoleh berdasarkan hubungan
asosiasi, tetapi dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola
sanitasi daerah KLB dalam suatu peta atau grafik.
Tindakan surveilans ketat dilakukan terhadap penderita,
kontak erat, dan faktor risiko potensial, dapat dilengkapi dengan pengambilan
sampel untuk konfirmasi laboratorium.
Hasil analisis disampaikan melalui laporan harian dan
mingguan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
1) Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilakukan dengan cara:
a. Tata laksana Kasus
b. Respon cepat dengan melakukan advokasi, sosialisasi
kepada instansi terkait agar dapat :
- Melakukan penyuluhan tentang penyakit TKM kepada orang tua murid dan masyarakat sekitar yang terkena kontak.
- Melakukan tindakan pengamanan lingkungan guna mencegah kepanikan masyarakat dan hal-hal yang dapat mengganggu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit TKM ini.
- Penderita PTKM yang menunjukkan gejala sakit dapat diliburkan selama 2 kali masa inkubasi.
- Melakukan tindakan perbaikan kualitas sanitasi lingkungan melalui desinfeksi dan dekontaminasi, baik di lingkungan permukiman maupun sekolah.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain :
- Meningkatkan hygiene/kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan sabun, menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin, serta tidak menggunakan secara bersama-sama alat-alat rumah tangga (misal cangkir, sendok, garpu) dan alat kebersihan pribadi (misal handuk, lap muka, sikat gigi dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki
- Membersihkan alat-alat yang terkontaminasi dengan air dan sabun
- Melakukan pengamatan terhadap kontak penderita dalam satu rumah secara ketat
- Bila terjadi peningkatan kasus, agar dilaporkan oleh instansi kesehatan kepada Kepala Daerah setempat secara berjenjang dan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Secara nasional KLB PTKM hampir tidak pernah terjadi, namun
demikian kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB PTKM tetap harus
dilakukan.
Kegiatan SKD KLB PTKM adalah pengamatan dan pencatatan
bila muncul satu kasus PTKM, dan faktor risiko (perubahan iklim, lingkungan,
sanitasi, PHBS).
Sumber
: Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit
Menular dan Keracunan Makanan Edisi Revisi Tahun 2011, DITJEN P2PL KEMENKES RI.
ConversionConversion EmoticonEmoticon