A.
PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Luas Luka Bakar
Metode Rule of Nine’s
Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan tubuh.
• Dewasa : kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia = 1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%
• Child : kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
• Infant : kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
Metode Rule of Nine’s
Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan tubuh.
• Dewasa : kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia = 1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%
• Child : kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
• Infant : kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
2. Pengkajian
Sistem Tubuh
a. Aktifitas/istirahat
Penurunan kekuatan dan tahanan otot,
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan
tonus.
b. Sirkulasi
(dengan cedera luka bakar LPTT >20%)
Hipotensi (syok); penurunan nadi perifer
distal pada ekstremitas yang cedera, vasokonstriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik),
takikardia(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan edema
jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas
ego
Pengungkapan masalah tentang keluarga,
pekerjaan, keuangan, kecacatan. Adanya ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal, menarik diri, dan marah.
d. Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama
fase darurat, warna mungkin hitam, kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler)
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada, khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltic
gastrik.
e. Makanan/cairan
Edema jaringan umum, anoreksia,
mual/muntah
f. Neurosensori
Adanya keluhan area batas dan kesemutan.
Adanya perubahan orientasi; afek, perilaku, penurunan reflex tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal,
kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur
membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan
Keluhan berbagai nyeri, misalnya; luka
bakar derajat pertama secara ekstrem sensitive untuk disentuh, ditekan, gerakan
udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan
Adanya keluhan terkurung dalam ruang
tertutup dan terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Adanya tanda suara
serak; batuk mengi; sianosis, indikasi cedera inhalasi Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada, jalan nafas atas
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, edema laryngeal),
bunyi nafas: gemericik (edema paru), stridor (edema laryngeal), sekret jalan
nafas dalam (ronki).
i.
Keamanan
-
Kulit umum : destruksi jaringan dalam
mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses thrombus
mikrovaskuler pada beberapa luka
-
Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok
-
Cedera api : terdapat area cedera
campuran dalam sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah,
lepuh pada faring posterior, edema lingkar mulut dan atau lingkar nasal
-
Cedera kimia : tampak luka bervariasi
sesuai agen penyebab
-
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan
tekstur seperti kulit samak halus, lepuh, ulkus, nekrosisi, atau jaringan parut
tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera
-
Cedera listrik : cedera kutaneus
eksternal biasanya lebih sedikit dibawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas b/d Obstruksi trakeobronkial
2. Nyeri
akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
3. Defisit
volume cairan b/d output yang berlebihan
4. Gangguan
integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
5. Perfusi
jaringan tidak efektif b/d penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena
6. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d katabolisme protein dan lemak
7. Kerusakan
mobilitas fisik b/d edema, nyeri, kontraktur persendian, penurunan ketahanan
dan kekuatan otot, terapi pembatasan
8. Gangguan
citra tubuh b/d kecacatan, kehilangan barier kulit ditandai dengan perasaan
negatif tentang diri sendiri, ketakutan/penolakan berinteraksi dengan orang
lain
9. Ansietas
b/d krisis situasi dan kejadian traumatik ditandai dengan ketakutan, perasaan
putus asa, gelisah.
10. Risiko
infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakkan kulit, rauma
jaringan prosedur invasive
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas b/d Obstruksi trakeobronkial,edema mukosa
Tujuan : setelah diberikan asskep selama
... x 24 jam diharapkan membebaskan jalan napas dengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan bunyi napas jelas, tidak ada
bunyi napas tambahan
-
Frekuansi pernapasan dalam rentang
normal (16-24x/mnt)
-
Bebas dispnea/sianosis
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
refleks gag/menelan perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan, serah dan
batuk mengi
2. Awasi
frekuensi, irama, kedalaman pernapsan, perhatikan adanya pucat/sianosis dan
sputum mengandung karbon atau merah muda
3. Auskultasi
paru, perhatikn stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi napas/batuk rejan
4. Perhatikan
adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cedera
5. Tinggikan
kepala tempat tidur dan hindari penggunaan bantal dibawah kepala sesuai
indikasi
6. Dorong
batuk/latihan napas dalam dan perubahan posisi sering
7. Berikan
pelembab oksigen melalui cara yang tepat, seperti masker wajah
8. Kaji
ulang seri ronsen
9. Siapkan/bantu
intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi
10.
Awasi adanya perubahaan
perilaku/mental ( agitas,gelisah)
11.
pemberian oksigen
12.
pemantauan oksimetri dan analisa
gas darah
|
1. Dugaan
cedera inhalasi
2. Takipnea,
penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjdi
distres pernapasan/ edema paru
3. Obstruksi
jalan napas dapat terjadi sangat cepat atau lamabat sampai 48 jam pertama
setelah terbahak
4. Dugaan
adanya hipoksemia atau karbon monoksida
5. ekspansi
paru optimal/fungsi pernafasan. Bila kepala/leher terbakar, bantal dapat
menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang
terbakardan meningkatkan kontriktur leher
6. meningkatkan
ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret
7. oksigen
memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembab merupakan pengeringan saluran
pernafasan dan menurunkan visikositas sputum
8. perubahan
menunjukkan atelektasis/edema paru tidak dapat terjadi selama 2-3 hari
setelah terbakar
9. intubasi
atau dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar
mempengaruhi fungsi paru atau oksigenasi
10. perubahan
kesadaran menunjukkan terjadinya atau memburuknya hipoksia
11. memberikan
kelembaban pada jaringan yang cedera
12. peningkatan
pCO2 dan penurunan pO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi
mekanik
|
2. Risiko
defisit volume cairan b/d output yang berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien menunjukkan tidak terjadi
defisit volume cairan tubuhdengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan perbaikan keseimbangan
cairan dibuktikn oleh haluaran urin adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa
lembab
Intervensi
|
Rasional
|
1. Awasi
tanda vital, CVP. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuaran nadi perifer
2. Awasi
haluaran urin dan berat jenis. Observasi hemates sesuai indikasi
3. Perkirakan
drainase luka dan kehilangan yang tak tampak
4. Selidiki
perubahan mental
5. Pasang
dan pertahankan ukuran kateter IV
6. Berikan
penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin
7. Awasi
pemeriksaan laboratorium (contoh Hb/Ht, elektrolit, natrium urin random)
|
1. Membentukan
pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2. Secara
umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urin 30-50 ml/jam (pada orang dewasa)
3. Peningkatan
permeabilitas kapiler, perpindahan protein, roses inflamasi dan kehilangan
evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran urin khususnya
selama 24-72 jam pertama setelah terbakar
4. Penyimpangan
pada tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidakadekuaran volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral
5. Memungkinkan
infus cairan cepat
6. Resusitasi
cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah
terjadinyakomplikasi, syok
7. Mengidentifikasi
kehilangan darah dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit
|
3. Gangguan
integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien menunjukkan regenerasi jaringan
dengan kriteria hasil :
-
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area
luka bakar
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji/catat
ukuran,warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar kulit
2. Berikan
perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
3. Lepaskan
perekat/pembebat secara hati-hati pada waktu mengganti
4. Irigasi
luka, bantu dengan melakukan debudemen sesuai kebutuhan
5. Anjurkan
kepada klien untuk mengkonsumsi makanan protein tinggi seperti ikan gabus
|
1. memberikan
informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada area graft
2. menyiapkan
jarinagan untuk penanaman dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan graft
3. Mengurangi
resiko trauma kulit dan gangguan pada kulit
4. Membuang
jaringan nekrotik/ luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan
5. Protein
albumin sangat baik untuk membantu
proses penyembuhan luka
|
4. Kerusakan
mobilitas fisik b/d edema, nyeri, kontraktur persendian, penurunan ketahanan
dan kekuatan otot, terapi pembatasan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pencapaian mobilitas fisik yang
optimal dengan kriteria hasil :
-
pasien mampu beraktivitas, tidak terjasi
kontraktur, edema berkurang /tidak ada, turut beraktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan
Intervensi
|
Rasional
|
1. kaji
adanya edema dan perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensansi jari secara
sering
2. pertahankan
posisi tubuh tepat dengan dukungan, khususnya untuk luka bakar diatas sendi
3. lakukan
latihan rentang gerak secara konsisten diawali dengn pasif kemudian aktif
4. beri
obat sebelum beraktivitas /latihan
5. dorong
partisipasi pasien sehari-hari sesuai kemampuan individu
6. konsul
dengan rehabilitasi, fisikal dan terapis kejuruan
|
1. edema
dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan nekrosis
jaringan / terjadinya kontraktur
2. meningkatkan
posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah, kontraktur
3. mencegah
secaraprogresif mengecangkan jaringan parut dan kontraktur, meningkatkan
pemeliharaan otot dan sendi
4. menurunkan
kekuatan otot/jaringan dan tegangan sehingga memampukan pasien lebih aktif
dan mampu partisipasi
5. meningkatkan
kemandirian, meningkatkan harga diri dan membantu proses perbaikan
6. memberikan
aktivitas/program latihan terintegrasi dan alat bantu khusus berdasarkan
kebutuhan individu
|
5. Nyeri
akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
Tujuan : setelah diberikan askep selama
… x 24jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil :
-
Pasien mengatakan nyeri berkurang Skala
nyeri = 3
-
Pasien tampak relax
-
nadi = 80-100 x/mnt
Intervensi
|
Rasional
|
1. tutup
luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan
2. tinggikan
ekstremitas luka bakar secara periodik
3. berikan
tempat tidur ayunan sesuai indikasi
4. ubah
posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi
5. pertahankan
suhu linhkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat
6. kaji
keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter (skala 0-10)
7. Berikan
tindakan kenyamanan dasar contoh pijatan pada area yang tidak sakit,
perubahan posisi dengan sering
8. Dorong
penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, nafas dalam,
bimbingan imajinasi, dan visualisasi
9. Berikan
analgesik sesuai indikasi
|
1. suhu
berubah dan gerakan udara dapat menybabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung
saraf
2. peninggian
mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan pembentukan edema setelah
perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta risiko
kontraktur sendi
3. peninggian
linen dari luka membantu menurunkan nyeri
4. gerakan
dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan
tergantung pada lokasi dan luas cedera
5. pengaturan
suhu dapat hilang karena luka bakat mayor. Sumber panas eksternal untuk
mencegah menggigil
6. nyeri
hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan atau
kerusakan tetapi paling berat selama penggantian balutan dan debridemen.
Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya
komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi saraf
7. Berikan
tindakan kenyamanan dasar contoh pijatan pada area yang tidak sakit,
perubahan posisi dengan sering
8. memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang
dapat menurunkan ketergantungan farmakologis,
9. Berikan
analgesik sesuai indikasi
|
6. Perfusi
jaringan tidak efektif b/d penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan aliran darah pasien ke jaringan
perifer adekuat dengan kriteria hasil :
-
nadi perifer teraba dengan kualitas dan
kekuatan yang sama
-
pengisian kapiler baik <3 dtk
-
warna kulit normal pada area yang cedera
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
warna, sensasi, gerakan, dan nadi perifer.
2. Tinggikan
ekstremitas yang sakit
3. Ukur
TD pada ektremitas yang mengalami luka bakar
4. Dorong
latihan gerak aktif
5. Pertahankan
penggantian cairan
6. Awasi
elektrolit terutama natrium, kalium, dan kalsium
7. Hindari
injeksi IM atau SC
|
1. pembentukan
edema dapat terjadi secara cepat menekan PD sehingga mempengaruhi sirkulasi
PD ke jaringan perifer
2. untuk
meningkatkan aliran balik vena dan dapat menurunkan edema
3. untuk
mengetahui kekuatan aliran darah ke daerah yang mengalami luka bakar
4. untuk
meningkatkan sirkulasi darah lokal dan sistemik
5. untuk
meningkatkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
6. mengawasi
terjadinya penurunan curah jantung
7. perubahan
perfusi jaringan dan pembentukan edema mengganggu absorpsi obat
|
8. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d katabolisme protein dan lemak
Tujuan : setelah diberikan askep selama
…x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien adekuat, dengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan pemasukan nutirsi adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan dengan berat badan stabil, keseimbanan nitrogen
positif dan regenerasi jaringan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pertahankan
jumlah kalori tetap dan timbang BB tiap hari, kaji ulang persen area
permukaan tubuh terbuka /luka tiap minggu
2. Berikan
makanan sedikit tapi sering
3. Dorong
pasien untuk memandang diet sebagai pengobatan dan untuk membuat pilihan
makanan/minuman tinggi kalori/protein
4. Menciptakan
lingkungan yang nyaman saat makan
5. Anjurkan
kebersihan oral sebelum makan
6. Rujuk
kepada ahli gizi
7. Berikan
diet TKTP
|
1. Pedoman
tepat untuk pemasukan kalori tepat. Sesuai penyembuhan luka, persentase area
luka bakar di evaluasi untuk menghitung bentuk diet yang diberikan dan
penilaian yang tepat dibuat.
2. Membantu
mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan nutrisi
3. Dorong
pasien untuk memandang diet sebagai pengobatan dan untuk membuat pilihan
makanan/minuman tinggi kalori/protein
4. Lingkungan
yang kondusif dapat meningkatkan nafsu makan
5. Meningkatkan
rasa dan nafsu makan
6. Berguna
dalam membuat kebutuhan nutrisi individu
7. Membantu
mempercepat proses penyembuhan luka
|
8. Gangguan
citra tubuh b/d kecacatan, kehilangan barier kulit ditandai dengan perasaan
negatif tentang diri sendiri, ketakutan/penolakan berinteraksi dengan orang
lain
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien menyatakan penerimaan situasi
diri, dengan kriteria hasil :
-
Bicara dengan keluarga/orang terdekat
tentang situasi, perubahan yang terjadi
-
Membuat tujuan realitas/rencana untuk
masa depan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat
2. Bersikap
realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan dan
menyusun tujuan dalam keterbatasan
3. Berikan
penguatan positif terhadap kemajuan dan dorongan usaha untuk mengikuti tujuan
rehabilitasi
4. Konsul
ke psikiatrik, contoh klinik spesialis perawat psikiatrik, psikologis sesuai
kebutuhan
|
1. Traumatik
mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi, membuat perasaan
kehilangan pada kehilangan aktual/yang dirasakan. Ini memerlukan dukungan
dalam perbaikan optimal.
2. Meningkatkan
kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat.
3. Kata-kata
penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif
4. Membantu
dalam identifikasi cara/alat untuk meningkatkan/mempertahankan kemandirian.
Pasien dapat memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi
|
9.
Ansietas b/d krisis situasi dan kejadian
traumatik ditandai dengan ketakutan, perasaan putus asa, gelisah
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien menyatakan kesadaran perasaan
dan menerimanya dengan cara sehat, dengan kriteria hasil :
-
Mengatakan ansietas/ketakutan menurun
sampai tingkat dapat ditangani
-
Menunjukkan keterampilan pemecahan
masalah, penggunaan sumber yang efektif
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan
2.
Tunjukkan keinginan untuk mendengar
dan berbicara pada pasien bila prosedur bebas dari nyeri
3.
Libatkan pasien/orang terdekat
dalam proses pengambilan keputusan
kapanpun mungkin
4.
Dorong pasien untuk bicara
tentang luka bakar bila siap
5.
Libatkan seluruh tim bluka bakar
dalam perawatan dari mulai penerimaan
sampai pulang, termasuk pekerj sosial dan sumber psikiatrik
|
1. Pengetahuan
apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan
konsep dan meningkatkan kerjasama
2. Membantu
pasien /orang terdekat dan bahwa pemberi asuhan tertarik pada orang tersebut
tidak hanya merawat luka bakarnya
3. Meningkatkan
rasa kontrol dan kerja sama, menurunkan perasaan tak berdaya/putus asa
4. Pasien
perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat beberapa rasa
terhadap situasi apa yang menakutkan
5. Memberikan
sistem pendukung lebih luas dan
meningkatkan kesinambungan
perawatan dan koordinasi aktivitas
|
10. Risiko
infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakkan kulit, rauma
jaringan prosedur invasive
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan risiko infeksi tidak menjadi aktual,
dengan kriteria hasil :
-
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
-
Suhu tubuh dalam batas normal
-
Kadar WBC dalam batas normal (4,10-10,9
10^3/UL)
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
tanda- tanda infeksi
2. Batasi
jumlah pengunjung
3. Jaga
aseptik selama pasien berisiko
4. Sediakan
perawatan kulit pada area yang edema
5. Inpeksi
kulit dan membrane mukosa selama kemerahan, panas tinggi atau drainase
6. Inpeksi
kondisi luka/bekas operasi
7. Dorong
intake cairan
8. Anjurkan
intake nutrisi yang cukup
9. Berikan
antibiotic sesuai indikasi
10. Monitor
absolute granulosit, WBC ,dan hasil normal.
|
1. mengetahui
dini terjadinya infeks
2. mengurangi
kontaminasi silang
3. meminimalkan
kesempatan untuk kontaminasi
4. perawatan
kulit pada area yang edema dapat membantu mencegah terjadinya infeksi yang
lebih luas.
5. apabila
kulit kembali kemerahan dan terdapat drainase purulen menandakan terjadi
prosesinflamasi bakteri
6. Mencegah
terjadinya infeksi yang lebih luas
7. mempertahankan
keseimbangan cairan untuk mendukung perfusi jaringan.
8. mempertahankan
keseimbangan nutrisi untuk mendukung perpusi jaringan dan memberikan nutrisi
yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan
9. antibiotic
dapat menghambat proses infeksi
10.
WBC merupakan salah satu data
penunjang yang dapat mengidentifikasi adanya bakteri di dalam darah. Sel
darah putih akan meningkat sebagai kompensasi untuk melawan bakteri yang
mnginvasi tubuh
|
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta:EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakite Edisi 5. Jakarta : EGC
Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
Smeltzer, 2002 . Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. ECG : Jakarta
Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta:EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakite Edisi 5. Jakarta : EGC
Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
Smeltzer, 2002 . Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. ECG : Jakarta
ConversionConversion EmoticonEmoticon