APENDISITIS
KONSEP
MEDIS
A.
PENGERTIAN
Apendisitis
akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga
abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis
adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas
2 yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul
striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas:
Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur
lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks
merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang
melekat sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum
kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan
medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial
dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu
daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm.
Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan
musin.
Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon
asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis
minor.
B.
ETIOLOGI
Terjadinya
apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak
sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer
primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen
apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
C.
PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami
edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa
keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara
progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
D.
MANIFESTASI KLINIK
Apendisitis memiliki gejala
kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di
perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah
atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam,
rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter
menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini
dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya
bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil,
nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu
terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa pada
apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri
akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik
Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat
menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan
teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit meningkat sebagai respon
fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi
akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine
rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan
cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya
udara bebas dalam diafragma.
KONSEP KEPERAWATAN
Pembedahan
diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan
IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks)
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas klien. Nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan
nomor register.
2.
Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang. Keluhan
utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.
3.
Sifat keluhan. Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang
atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
4.
Riwayat kesehatan masa lalu. Biasanya berhubungan dengan
masalah kesehatan klien sekarang
5.
Pemeriksaan fisik. Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/ sedang/
berat. Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
6.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan
bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Keamanan Demam, biasanya rendah.
Keamanan Demam, biasanya rendah.
7.
Data psikologis Klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut
nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya
mual dan muntah.
2.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
3.
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan informasi kurang.
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun.
6.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang
dirasakan
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN . \
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis
dan prioritas masalah keperawatan.
1. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang
diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan
muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan
volume cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien
tidak mual dan muntah.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator
secara dini tentang hypovolemia.
b. Monitor intake dan out put dan konsentrasi
urine.
Rasional : Menurunnya out put dan
konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan
adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
c. Beri cairan sedikit demi sedikit
tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan
hilangnya cairan.
2. Resiko terjadinya infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu
tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri
tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi
infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak
lagi panas, kemerahan).
Intervensi :
a. Bersihkan lapangan operasi dari
beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah
yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga
benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
b. Beri obat pencahar sehari sebelum
operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
c. Anjurkan klien mandi dengan
sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih
mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.
d. HE tentang pentingnya kebersihan
diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien,
klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan
tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah
Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi
dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh
mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam
dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf
yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga
rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
d. Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk
dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien
sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien
mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
Intervensi :
a. Jelaskan pada klien tentang
latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
b. Menganjurkan aktivitas yang
progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan
dapat mempercepat penyembuhan.
c. Disukusikan kebersihan insisi yang
meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja
sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun
Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
a. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan
nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab
melaksanakan intervensi.
b. Perkirakan / hitung pemasukan
kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi
kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif
dan mempengaruhi masukan.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan
secara diet.
d. Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan
dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
e. Anjurkan kebersihan oral sebelum
makan
Rasional : Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu makan
f. Tawarkan minum saat makan bila
toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan
menghilangkan gas.
g. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan
pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
h. Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi
dapat meningkatkan nafsu makan klien.
6. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien
nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
a. Mandikan pasien setiap hari sampai
klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar,
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.
b. Ganti pakaian yang kotor dengan yang
bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
c. Berikan HE pada klien dan
keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
d. Berikan pujian pada klien tentang
kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
e. Bimbing keluarga / istri klien
memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
f. Bersihkan dan atur posisi serta
tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
D.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan
adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan
sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada
tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada
klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
E.
EVALUASI.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan
dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan
evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar
dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien
sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC; Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah
Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari
Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, EGC; Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku
Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, EGC; Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon